Lakukan Co-Branding Di Tahun 2022, Apakah Masih Berlaku?

Masih Ingatkah Kalian Dengan Chitato Rasa Indomie? 

Sebuah kolaborasi dari Chitato dengan Indomie, yang kemudian menjadi viral. Kolaborasi kedua brand inilah yang disebut dengan co-branding. Lantas apa yang sebenarnya disebut dengan co-branding? Apakah strategi tersebut masih berlaku ditahun 2022? Simak artikel ini untuk menemukan jawabannya!

Apa Itu Co-Branding? 

Co-branding merupakan sebuah strategi marketing dan juga strategi periklanan di antara 2 atau lebih merek atau brand sehingga keberhasilan akan terjadi diantara brand atau merk yang bekerja sama. Setiap brand tentunya memiliki ciri khas masing-masing dimana ketika terjadi kolaborasi maka setiap brand akan menyumbangkan identitas nya masing-masing untuk menciptakan sebuah merek baru yang menyatu dengan brand lainnya bisa dalam bentuk logo, branding, maupun warna. Di mana inti dari co-branding ini adalah untuk menggabungkan kekuatan dari para brand tersebut dalam pangsa pasar sehingga dapat memperkuat branding, memperluas jangkauan, meningkatkan awareness, dan meningkatkan potensi penjualan dari produk yang dilaunching.

Keuntungan dan Kerugian Co-Branding

Berikut adalah beberapa kelebihan yang didapatkan oleh brand ketika melakukan co-branding:

  1. Produk yang dilaunching melalui strategi co-branding dapat menarik perhatian konsumen baru dan juga konsumen loyal.

  2. Ketika co-branding dijalankan secara strategis dan juga efektif, maka akan dapat meningkatkan brand awareness.

  3. Brand akan mendapatkan kehormatan dan juga kredibilitas ketika suatu brand menyelaraskan dengan brand yang telah memiliki reputasi baik dan juga aspiratif.

  4. Co-branding memungkinkan untuk meningkatkan pendapatan, menarik pelanggan, hingga menggandakan anggaran promosi.

Dengan benefit yang didapat, tentu saja kolaborasi ini memiliki beberapa kekurangan yang akan dihadapi diantaranya:

  1. Co-branding dibangun berdasarkan sebuah kolaborasi di mana menuntut para brand yang berkolaborasi untuk berbagi kepercayaan dan sumber daya serta mengikuti pedoman yang sudah ditetapkan dengan cermat.

  2. Brand harus mempertimbangkan reaksi konsumen terhadap kolaborasi yang terjalin. Akan terjadi benturan brand image jika brand tersebut tidak menunjukkan hubungan yang mulus dan masuk akal. Hal ini tentunya dapat menyebabkan produk gagal, hingga brand image yang ternodai.

Lantas, Apakah Co-branding Masih Efektif Untuk Diterapkan?

Tentu strategi co-branding masih efektif dilakukan pada tahun 2022 dikarenakan perkembangan masif dunia digital yang membuat brand akan terus menemukan cara baru untuk berkolaborasi. Apabila dua atau lebih brand digabungkan menjadi 1 produk, maka konsumen dari masing-masing brand akan mempertimbangkan untuk membeli produk tersebut. Contohnya adalah Indomie × Chitato, konsumen Indomie tentunya senang karena adanya jajanan ringan dengan rasa authentic khas Indomie, sehingga mereka akan membeli produk kolaborasi ini. Begitu sebaliknya dengan Konsumen Chitato, mereka akan memutuskan untuk membeli produk ini karena merupakan varian rasa baru yang unik. Keefektifan dari co-branding ini didasari pada persiapan ketika melakukan kolaborasi. Ketika melakukan co-branding, perlu dipertimbangkan terkait brand image dari para brand yang akan melakukan kolaborasi, memilih partner kolaborasi secara hati-hati dan melakukan perhitungan yang matang, anggaran pemasaran dan anggaran produksi yang harus dikeluarkan, dan juga terkait dengan strategi marketing yang akan dijalankan dimana harus kreatif, spesifik, dan dipersiapkan secara matang.

Start Friday Asia sebagai brand consultant dapat membantu brandmu untuk melakukan analisis strategis yang efektif sebelum memutuskan untuk melakukan co-branding.

Previous
Previous

Bagaimana Cara Ralph Lauren Menguasai Pasar?

Next
Next

Viral Strategi Tak Selamanya Bekerja Bagi Brand, Intip Apa Saja Kelemahan dan Kelebihannya!