Ekspansi Bisnis Fujifilm: Dari Fotografi ke Skincare

Apa yang ada di pikiran anda ketika pertama kali mendengar kata Fujifilm?

kamera? studio? roll film? percetakan foto? atau skincare?

Mungkin banyak yang belum tahu bahwa leader brand dibidang fotografi ini memperluas portofolio bisnisnya dengan mengeluarkan produk skincare yang bernama Astalift. Produk ini lahir dari kegigihan Fujifilm dalam beradaptasi dan berinovasi untuk terus mempertahankan bisnisnya.

Sejarah lahirnya Astalift

astalift.jpg

Film fotografi dan produk perawatan kulit secara sekilas tidak memiliki kesamaan. Namun secara mengejutkan, mereka mirip. Dikutip dari website resmi Fujifilm, salah satu kesamaan ini terletak pada kolagen. Kolagen merupakan zat penting pada film fotografi dan kulit manusia. Kolagen memberikan kekenyalan kulit yang terbukti sangat dapat diaplikasikan ke perawatan kulit: anti-oksidan dan teknologi nano juga bermacam-macam dalam manfaat perawatan kulit.

Seiring dengan kemajuan mereka, salah satu senyawa memiliki keunikan: astaxanthin, sebuah senyawa merah yang biasa ditemukan di ikan salmon dan sudah memiliki 1,000 kali kekuatan anti-oksidan co-enzim Q10, yang merupakan anti-oksidan yang banyak digunakan perawatan kulit.

Potensi astaxanthin sangat dipahami dalam industri perawatan kulit, namun pada kenyataannya terhalang oleh hambatan teknologi. Senyawa ini sensitif terhadap cahaya dan panas, dan sangat mudah teroksidasi. Selain itu, sangat sulit untuk mempertahankan bentuk partikelnya dengan baik, dan bahkan melarutkannya secara merata dalam air bukanlah pekerjaan mudah. Pada saat Fujifilm mulai mengeksplorasi, astaxanthin memperlihatkan sedikit potensi dalam perawatan kulit.

Memanfaatkan keunggulan Fujifilm di anti-oksidan dan teknologi nano, tim berfokus dalam mengembangkan teknologi prosesor astaxanthin. Semakin kecil partikel yang mereka buat, semakin besar rasio area permukaan partikel dibanding volumenya. Area permukaan yang besar ini membuat partikel astaxanthin lebih mudah rentan ketika bereaksi dengan oksigen dan kemudian hancur. Para peneliti Fujifilm mengatasi kesulitan ini dengan mengoptimalkan agen pengemulsi formula, yang akan membantu senyawa tercampur secara harus dan keseluruhan. Mereka juga harus menemukan bahan tambahan untuk membantu mencegah oksidasi partikel astaxanthin.

Inisiatif ini berbuah kesuksesan yang penting. Perkembangan sebuah formula yang dapat menjadi partikel nano astaxanthin dalam kondisi stabil sambil menjaga partikel tersebut dari cahaya dan panas. Formula ini membuat astaxanthin yang padat untuk berpenetrasi ke dalam lapisan kulit paling dalam, memberikan beberapa manfaat. Memperkenalkan astaxanthin sebagai bahan utama, seri produk Fujifilm ASTALIFT lahir.

Fujifilm telah memanfaatkan teknologi uniknya untuk membuat sesuatu yang mulanya sulit digunakan menjadi dapat digunakan. ASTALIFT menjadi seri produk pertama yang mengeksploitasi potensi seperti senyawa perawatan kulit.

Mengapa perluasan bisnis yang dilakukan oleh fujifilm jauh dari akar bisnisnya sebagai perusahaan fotografi?

Banyak pertanyaan yang muncul, bagaimana membuat bisnis yang telah memiliki branding kuat di suatu bidang tiba-tiba merambah ke bisnis lain yang jauh dari bidang utamanya. Bagi beberapa produk, ini memang terdengar tidak masuk akal. Namun, kecerdasan Fujifilm dalam membaca peluang dan berinovasi menjadikannya mampu untuk mendobrak stigma dan melakukan perluasan usaha yang menguntungkan.

Pada dasarnya, sah-sah saja apabila kita ingin melakukan perluasan usaha yang berbeda dari brand image awal. namun perlu diingat, anda harus memiliki value dan point of differentiation yang kuat, sehingga dapat menancapkan positioning anda dan dapat bersaing dengan brand-brand yang sudah terlebih dahulu menjadi market leader.

Lalu, kenapa fujifilm menggunakan namanya yang sudah menjadi top of mind pada industri fotografi?

Mungkin memang terkesan membingungkan, kenapa perusahaan fotografi tiba-tiba menjual skincare. Sebenarnya, Fujifilm masih menjadi perusahaan fotografi atau sudah melakukan pivot bisnis dengan menjual skincare?

Dibanding membuat brand terpisah untuk produk perawatan kulitnya, Fujifilm dengan berani menggunakan namanya sendiri. Ini menjadi unique selling proposition yang kuat bagi fujifilm yang memiliki latar belakang perusahaan teknologi canggih. Branding yang dilakukan ialah dengan membuat skincare dengan teknologi canggih yang selama ini mereka kembangkan untuk membuat film dan piranti fotografi.

Banyak yang meragukan inovasi bisnis ini, baik dari dalam perusahaan maupun dari masyarakat. Namun, ini justru dibaca sebagai poin plus oleh fujifilm. Ketidakyakinan masyarakat ini berujung pada rasa penasaran sehingga merk dan produk barunya akan makin banyak diperbincangkan. Kemudian, Fujifilm akan merespon dengan menunjukkan bagaimana kecanggihan teknologi film fotografi ini dapat diterapkan pada produk perawatan kulit.

kedepannya, perusahaan tetap optimis dan akan terus memanfaatkan DNA film fotografinya untuk mengembangkan produk perawatan kulit yang mutakhir dan memberikan efek terbaik bagi penggunanya

Previous
Previous

Mengenal UGC yang Menjadi Strategi Marketing Penting Bagi Brand

Next
Next

Tren Teknologi 5G, Kapan Indonesia Punya Jaringan 5G?