Unpaid Internship: Selalu Buruk, Kah?
Unpaid internship jadi hal lumrah yang biasa kita temui di media sosial. Malah, banyak perusahaan atau media yang membuka lowongan secara WFH/WFA, loh! Siapa coba yang gak kepincut sama kesempatan ini?
Disambi dengan kegiatan di rumah, kamu juga bisa dapet pengalaman dan mempercantik CV ataupun portofolio kamu. Khususnya buat kamu mahasiswa akhir yang sedang cari kesibukan. Tapi, loker unpaid internship dapat kamu hindari dengan bertanya kepada HR terkait, apa saja benefit yang akan kalian terima saat ambil program magang ini. Unpaid internship juga bisa mendatangkan benefir lain, loh. Meski bukan dalam bentuk upah, kalian bisa ngerasain hal-hal berikut :
Dapet networking
Dapet “bocoran” insight dunia karir
Nambah pengalaman buat apply paid internship selanjutnya
Unpaid internship telah menjadi topik yang kontroversial dalam dunia profesional. Artikel ini akan menjelajahi realitas unpaid internship, dampaknya terhadap peserta magang, dan perdebatan seputar praktik ini. Unpaid internship sering kali muncul dalam situasi di mana perusahaan menawarkan kesempatan pengalaman kerja tanpa kompensasi finansial. Sejumlah orang melihat unpaid internship sebagai peluang untuk membangun jaringan dan keterampilan.
Unpaid internship memiliki beberapa sisi yang kontroversial. Di satu sisi, dapat memberikan kesempatan bagi individu untuk memperoleh pengalaman kerja, membangun jaringan, dan memperoleh keterampilan yang berharga. Namun, di sisi lain, praktik ini dapat dianggap tidak adil karena peserta magang memberikan kontribusi tanpa mendapatkan kompensasi finansial. Keberlanjutan unpaid internship dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam akses kesempatan karier, membatasi partisipasi orang-orang dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu. Selain itu, ada kekhawatiran terkait eksploitasi, terutama jika peserta magang diberikan tanggung jawab dan tuntutan pekerjaan yang seharusnya dibayar.
Oleh karena itu, penilaian terhadap unpaid internship bergantung pada konteks, tujuan individu, dan etika perusahaan. Beberapa orang melihatnya sebagai investasi jangka pendek untuk mendapatkan pengalaman, sementara yang lain menganggapnya sebagai praktik yang perlu ditinjau ulang untuk memastikan keadilan di tempat kerja..