Strategi Psychological Pricing yang Tarik Banyak Konsumen Dari Sisi Emosional

Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia termasuk masyarakat yang memiliki budaya konsumtif, hal ini dapat dipengaruhi oleh tren sebuah produk atau barang. Hal ini merupakan peluang yang menguntungkan para penjual. Ada bayak strategi yang mereka gunakan untuk menarik minat orang-orang yang bisa jadi awalnya hanya mampir lihat-lihat produk tapi ujung-ujungnya bisa terjadi transaksi jual beli. Pengaruh alam bawah sadar memang seringkali menjadi faktor yang ikut menentukan keputusan tindakan seseorang, termasuk dalam keputusan belanja. Salah satu hal yang dapat mempengaruhi alma bawah sadar yang berkaitan dengan belanja adalah harga psikologis atau psychological pricing.

Psychological pricing adalah suatu strategi yang digunakan untuk menentukan harga suatu produk yang dibuat seolah-olah harga tersebut sudah terdapat diskon yang besar dan lebih murah dibandingkan yang lain, sehingga membuat pelanggan akhirnya melakukan pembelian. Tujuan dari psychological pricing ini adalah menarik pembeli atau pelanggan dari sisi emosionalnya. Biasanya psychological pricing di berlakukan oleh para pebisnis dengan cara menetapkan harga ganjil pada produknya. Penetapan harga ganjil akan membuat efek pada pembeli bahwa harga yang ditawarja lebih murah. Hal ini dikarenakan alam bawah sadar manusia memproses harga ganjil lebih murah daripada harga genap. Selain itu, seseorang juga akan cenderung membulatkan harga ganjil tersebut ke digit yang lebih rendah dengan mengabaikan beberapa digit terakhir.

Ketika Anda berbelanja di supermarket atau mall, pernahkah Anda melihat harga yang tidak bulat dan sulit untuk di uangkan. Apakah dibenak Anda sempat bertanya kenapa harganya dibuat seperti itu? Bukankah harga seperti itu akan mempersulit konsumen saat menjumlah harga belanjaan secara keseluruhan? Contohnya saja gula yang diberi harga sebesar Rp 19.999. Alam bawah sadar seseorang secara cepat akan memproses bahwa harga produk tersebut adalah sebesar 19 ribu rupiah. Hal ini disebabkan orang-orang cenderung mengabaikan angka-angka pada digit terakhir. Padahal angka Rp 19.999 tersebut lebih dekat jika dibulatkan pada angka 20 ribu rupiah. Berdasarkan penelitian yang dipublikasi oleh Marketing Bulletin pada tahun 1997 di Inggris, menunjukkan bahwa 60% rata-rata harga pemasaran berakhiran dengan angka 9. Lalu pada 30% berakhiran dengan angka 5, sedangkan 7% yang lainnya berakhiran dengan angka 0 dan sisanya adalah angka kombinasi.

Berikut ini adalah lima strategi dalam teknik penerapan psychological pricing yang dapat Anda coba:

1. Charm Pricing

Charm pricing merupakan metode yang mengurangi satu digit angka diharga yang tertera. Biasanya strategi ini ditandai dengan memiliki akhiran angka 9, 99, dan lain sebagainya sebagai angka yang tidak bulat. Dengan membuat harga yang tidak bulat atau membuat harga dibelakangnya 999 tanpa disadari dapat membuat calon konsumen tertarik merasa bahwa harga tersebut lebih murah.

2. Prestige Pricing

Prestige pricing adalah membulatkan angka nominal yang dibelakang harga agar menjadi angka yang bulat, mahalm berkelas, dan bergensi. Strategi ini membuat kesan bahwa barang yang lebih mahal memang benar-benar berkualitas.

3. Buy One, Get One Free

Banyak konsumen yang akhirnya membeli suatu produk ketika sudah disuguhkan dengan strategi yang satu ini. Ini merupakan taktik psikologi agar pembeli terfokuskan kepada barang gratis yang diberikan.

4. Comparative Pricing

Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan dua produk subtitusi atau produk yang memiliki kesamaan karakteristik dan kegunaan. Contohnya saja saat Anda menawarkan kaos dan dress kepada konsumen secara bersamaan, daripada membeli kaos, jika menambah sedikit harga saja maka sudah mendapatkan dress. Secara tidak langsung konsumen akan terpengaruh dan memilih dress.

Setelah mengetahui macam-macam psyschological pricing di atas, Anda bisa mulai mencoba untuk bisnismu. Start Friday Asia siap membantu Anda untuk menemukan strategi pricing yang paling tepat untuk bisnis Anda.

Previous
Previous

Branding Consultant Jakarta

Next
Next

Customer Satisfaction Survey, Strategi yang Sering Diabaikan Brand