Saling Sindir Antar Brand, Apakah Boleh?
Saat ini, sindir-menyindir antara satu brand dengan brand kompetitor lain sudah sering ditemui di sekitar kita, bahkan tidak jarang telah menjadi sebuah “tren” di kalangan brand terutama brand-brand besar. Saling sindir kini telah menjadi sebuah gaya branding terbaru bagi para brand terkemuka di dunia. Misalnya, belum lama ini sebuah brand handphone bernama Samsung yang membuat sindiran melalui sosial media kepada Huawei akibat kamera yang ada pada produk terbaru Huawei, P30 Pro dianggap tidak lebih baik dari Samsung Galaxy S10 plus. Selain itu, tren ini juga kemudian terjadi pada Xiaomi yang juga melakukan sindiran terhadap Huawei P30 Pro melalui sebuah meme yang diunggah ke sosial media Instagramnya. Sindir menyindir sebenarnya juga masih banyak terjadi dan dilakukan oleh brand-brand lainnya.
Saling sindir ini pada dasarnya bertujuan untuk menarik perhatian konsumen. Setiap brand selalu ingin dipandang menjadi sebuah brand yang lebih baik di mata para customernya, oleh karena nya banyak dari mereka yang melakukan sedemikian cara untuk dapat menarik hati konsumen, tidak terkecuali dengan cara ini. Sindir-menyindir dapat dilakukan dengan cara yang sangat halus namun tajam, atau juga secara blak-blakan yang ditujukan kepada target yang akan disindir.
Sindir-menyindir yang dilakukan tersebut dapat memberikan arti bagi audiens yang membaca. Saling sindir dapat berarti panasnya persaingan dalam penjualan, atau bisa juga diartikan sebagai sarana untuk lucu-lucuan saja. Namun, interpretasi setiap orang yang berbeda-beda tentunya bisa mengakibatkan sebuah boomerang bagi sebuah brand apabila meleset dalam mengambil langkah. Terlebih lagi, apabila karakteristik target pasar adalah orang-orang yang sering memiliki sifat pasif agresif, maka hal tersebut akan menjadi sebuah hal yang kurang tepat sehingga berkemungkinan untuk gagal dalam meraih simpatik masyarakat.
Dalam sistem pemasaran bagian etika iklan sendiri dijelaskan bahwa sebuah brand disarankan untuk lebih mengedepankan kelebihan produk daripada merendahkan produk merek kompetitor lainnya. Dengan terus fokus mempromosikan produk, sebuah brand akan lebih dikenal sebagai brand yang anti “menyenggol” sana-sini dan dapat meminimalisir hilangnya simpatik dari para konsumen. Sejatinya, masih banyak lho cara branding dan promosi lainnya yang jauh lebih efektif dan dapat diterima oleh masyarakat dibandingkan dengan penggunaan cara ini.