Metaverse Mall di Indonesia, Bagaimana Persiapan Indonesia Melek Teknologi Metaverse Di Indonesia?
startfriday.asia - Sebelum masuk ke pembahasan utama, Fripipel apakah sudah memahami arti dari istilah “Metaverse Mall” itu sendiri? Kalau belum, yuk simak penjelasan berikut!
Metaverse merupakan sebuah program dimana kita sebagai user dapat masuk dan melakukan aktivitas sehari-hari dalam dunia virtual. User dapat bekerja, bepergian, bersosialisasi, dan berbagai aktivitas lainnya dalam dunia Metaverse. Dalam arti lain, Metaverse merupakan sebuah sarana teknologi yang dapat membantu memproyeksikan berbagai bentuk aktivitas sehari-hari manusia kedalam versi digital/virtual.
Lalu, Apa Itu Metaverse Mall?
Sesuai dengan namanya, Metaverse Mall merupakan istilah untuk pusat perbelanjaan ritel dalam dunia Metaverse. Pusat perbelanjaan ini tentu sudah dikombinasikan dengan penggunaan teknologi pendukung seperti Blockchain, NFT, dan VR/AR. Penggunaan teknologi pendukung sangat diperlukan saat user akan mengakses, karena ketiga teknologi utama tersebut berkesinambungan antara satu dan yang lainnya guna memberikan user experiences to the next level.
Lalu bagaimana perkembangan dan kesiapan masyarakat negara kita tercinta ini? Apakah kita sudah siap dalam menghadapi kemajuan teknologi Metaverse - Metaverse Mall?
Penyebaran informasi terkait Metaverse di Indonesia juga relatif cepat lho Fripipel, "Indonesia memiliki potensi luar biasa dan ini jadi peluang usaha kita untuk bisa meningkatkan aktivitas pembiayaan dan usaha sehingga bisa membuka lapangan kerja baru dan salah satunya di space metaverse ini,” kata Sandiaga dikutip dari siaran pers Kemenparekraf, Minggu (5/6/2022). Sejalan dengan pernyataan Menparekraf, Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Teguh Kurniawan Harmanda menyatakan "Adopsi kripto dan blockchain akan mempercepat pengembangan metaverse yang memiliki potensi besar di Indonesia. Bayangkan akan banyak inovasi yang muncul saat ini akan lari ke arah metaverse di masa depan. Apa yang kita rasakan di dunia nyata, semua akan bisa terjadi juga di metaverse”.
Indonesia telah mengupayakan untuk membangun kabel bawah laut dan juga mengajak kolaborasi konten kreator. Meta memperkenalkan metaverse di Indonesia dengan menggandeng konten kreator (content creator) atau influncer agar warga Indonesia siap beralih ke metaverse.
Indonesia ada banyak pekerjaan rumah (PR), tetapi kami tidak berdiam diri, karena sata ini juga sedang dibangun kabel bawah laut” kata Country Director for Meta Indonesia Pieter Lydian dalam acara Fortune Indonesia Summit 2022, Kamis (19/5).
Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) pun menyiapkan lima cara untuk mengadopsi metaverse di Indonesia, yakni:
Mengembangkan perangkat Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).
Menyiapkan program yang menargetkan kreator konten untuk membahas Metaverse. “Kami mendorong kreator konten aktif bertransformasi ke metaverse, ujar dia.
Bekerja sama dengan universitas menyiapkan talenta digital di metaverse.
Terlibat dalam pengembangan infrastruktur internet. Pengembangan kabel bawah laut untuk meningkatkan pemerataan dan konektivitas di Indonesia.
Menggencarkan edukasi dan literasi digital. Edukasi mengenai metaverse perlu ditingkatkan agar masyarakta mengenal banyak peluang di metaverse. Karena Metaverse memiliki potensi besar untuk aspek kehidupan Manusia.
Pendiri Microsoft Bill Gates juga memperkirakan bahwa pertemuan kantor di dunia virtual atau metaverse akan menjadi tren pada 2023 – 2024. Bill Gates menyebut periode tren rapat di dunia virtual itu sebagai ‘tahun yang paling tidak biasa dan sulit’. Ia menilai, 2022 dan selanjutnya merupakan masa yang lebih digital.
Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong banyak orang beralih ke digital. Ini termasuk merevolusi tempat kerja. Data menunjukkan, banyak orang yang bekerja di metaverse, menonton senin dan hiburan, investasi kripto, pendidikan/belajar, kencan online/bersosial, bermain gim, hingga hiburan dewasa.
Dari Pernyataan Diatas, Gimana Menurut Fripipel Nih?
Namun Fripipel juga perlu take a notes juga ya, bahwa kesiapan bisa dilihat dari persentase usia produktif, jenjang pendidikan, akses teknologi (mencakup distribusi produk teknologi terbaru dan akses internet) dan akses informasi. Sebagai contoh, kita bisa mengambil kasus usia produktif di Indonesia, dilansir dari data bps.go.id, jumlah usia produktif di Indonesia sebesar 110 Juta dari 270 Juta penduduk Indonesia. Angka tersebut bahkan belum mencapai 50% dari jumlah masyarakat Indonesia saat ini.
Dari sini bisa kita ambil kesimpulan bahwa masyarakat Indonesia masih “belum cukup” melek terhadap teknologi Metaverse. Namun masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Generasi Millenials & Generasi Z dalam demografi tertentu sudah cukup memahami dan mampu beradaptasi terhadap berbagai kemajuan teknologi digital yang relatif cepat berubah (upgrade). Hal ini bisa menjadi peluang optimisme bangsa Indonesia walau belum mencapai angka maksimal, semoga bisa terus berkembang menjadi lebih baik dari yang sebelumnya ya Fripipel!