Fakta Menarik, kenapa indomaret dan Alfamart selalu berdekatan?
Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan minimarket yang entah kenapa indomaret dan Alfamart selalu berdekatan. Kedua brand ini selalu berdekatan yaitu Indomaret dan Alfamart. Uniknya, keduanya seakan ingin saling mengungguli satu sama lain dengan membuka gerai-gerai yang saling berdekatan. Jika dalam dunia bisnis, semakin jauh kompetitor maka diharapkan akan membuka peluang yang lebih besar untuk mengeruk keuntungan dan mendapat pasar yang lebih luas karena minimnya persaingan. Namun, agaknya hal ini tidak berlaku bagi kedua minimarket terbesar di Indonesia ini memang indomaret dan Alfamart selalu berdekatan. Keduanya bahu membahu saling mengikuti jejak pesaingnya saat membuka gerai baru dengan turut membuka gerai di wilayah yang sama yang berjarak sangat dekat bahkan sering kali bersebelahan ataupun berhadapan.
Indomaret
Indomaret dikelola dibawah PT Indomarco Prismatama, entiitas usaha yang merupakan bagian dari Salim Group yang didirikan Liem Sioe Liong alias Sudono Salim. Minimarket ini berdiri pada tahun 1988 dimana awalnya dibangun hanya untuk menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari bagi karyawan Grup Salim. Namun, dari pengalaman mengelola toko tersebut, diketahui bahwa masyarakat memiliki kesukaan belanja di toko ritel modern dengan barang yang lebih lengkap. Dari situlah usaha minimarket ini dikembangkan, dengan konsep mendekati kawasan perumahan dengan luas toko sekitar 200meter persegi.
Indomaret sendiri kini terus berkembang dengan pesat, hingga setiap tokonya bisa menyediakan 5.000 jenis produk. Dikutip dari laman resminya, Indomaret kini sudah ada sebanyak 16 ribu gerai. Dari total toko sebanyak itu, 40 persen dimiliki secara waralaba dan sisanya dimiliki perusahaan PT Indomarco Prismatama.
Alfamart
Minimarket saingan terbesar dari Indomaret yang satu ini dibangun pada tahun 1989 oleh Djoko Susanto yang kini masuk dalam daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes. Diketahui, Djoko Susanto sendiri sudah terbiasa mengurus toko ritel sejak remaja. Pada usia 18 tahun, dia mengurus kios milik orang tuanya yang Bernama “Sumber Bahagia” di Pasar Arjuna, Jakarta. Usaha perdagangannya yang berkembang termasuk dalam memasarkan rokok, menarik perhatian konglomerat industry rokok, Putera Sampoerna. Dia pun mendorong Djoko Susanto untuk mengembangkan usahanya dengan membuka 15 toko di berbagai lokasi di Jakarta, hingga pada 1989 lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat.
Usaha minimarket itu terus berkembang, hingga pada 2019, Alfamart telah memiliki lebih dari 14.300 gerai di seluruh Indonesia. Usahanya terus berkembang tak hanya menjual kebutuhan sehari-hari, namun juga merambah perdagangan online, transaksi aneka pembayaran, bahkan berekspansi ke Filipina dan memiliki lebih dari 750 gerai melalui perusahan patungan Alfamart Trading Philippines Inc.
Mengapa Indomaret dan Alfamart selalu berdekatan ?
Adu persaingan
Sudah menjadi rahasia umum bahwa Indomaret dan Alfamart menjadi musuk bebuyutan yang saling menunjukkan taringnya untuk merebut hari konsumen. Keberadaan kedua minimarket ini yang kerap berdekatan mengindikasi bahwa persaingan antar keduanya memang cukup ketat. Alfamart maupun Indomaret tidak keberatan untuk saling bersaing dalam wilayah yang sama untuk menunjukkan eksistensi masing-masing.
Menghemat budget riset
Salah satu strategi marketing mengatakan bahwa dimana ada penjual, disitu pasti akan ada pembeli. Jadi, ketika salah satunya sudah ada yang buka di lokasi tertentu, maka bisa dipastikan potensi pasarnya bagus dan lolos uji kelayakan bisnis. Hal ini sudah jadi rumus membangun gerai baru di kalangan peritel minimarket. Selain itu Indomaret dan Alfamart dilihat menggunakan strategi yang sama, yaitu strategi Five Forces atau pendekatan porter five forces. Pendekatan ini biasanya merupakan metode untuk menganalisis dan mengidentifikasikan kekuatan yang membentuk pola bisnis.
Mengusung Keunggulan yang Berbeda
Jika dilihat sekilas, baik Indomaret dan Alfamart tidak telihat jauh berbeda, apalagi di mata para konsumen. Keduanya seakan saudara yang memiliki banyak kesamaan. Namun ternyata, keduanya mengakui bahwa mereka memiliki keunggulan masing-masing. Konsep bisnis yang dibawa berbeda, nilai tambah yang ditawarkan pun berbeda. Ada yang mengusung keunggulan dari segi harga yang lebih murah, kapasitas toko ang lebih luas, pelayanan yang lebih ramah, hingga sauna yang lebih nyaman.