Cancel Culture di Indonesia Memberi Ancaman Bagi brand!

Perkembangan teknologi informasi telah membawa perubahan ke dalam masyarakat. Lahirnya media sosial menjadikan pola perilaku masyarakat mengalami pergeseran baik budaya, etika, dan norma yang ada. Perkembangan ini juga dimanfaarkan oleh sebagian kalangan untuk merauo berbagai keuntungan, seperti peluang untuk bisnis, bahkan peluag untuk mencari popularitas semata. Dengan adanya perkembangan yang sangat pesat, membuat dinamika kehidupan masyarakat banyak mengalami adanya perubahan. Kebebasan individu dalam menyampaikan suatu pikiran, kritik, saran bahkan hujatan, sering ditemui setiap jam dan hari melalui berbagai macam platform media sosial.

Tak jarang juga saat seseorang melakukan kesalahan yang dianggap cuku fatal, para pengguna media sosial berbondong-bodnogn menyerang akun pribadi orang tersebut dengan tujuan menghancurkan citra atau menghentikan pergerakannya. Aksi ini sedniri bisa dikaitkan dengan fenomena cancel culture yang cukup identik dengan para public figure.

Darimana Cancel Culture Berawal?

Awal mula terbentuk cancel culture ditandai dengan istilah "renrou sousuo" pada tahun 1991. Dikutip dari The New York Time, istilah tersebut mengacu pada upaya netizen China untuk menjawab pertanyaan atau mencari informasi tentang orang-orang tertentu. Mereka menggabungkan informasi dari pencarian online dan offline lalu memposting hasilnya secara publik. Tujuan dilakukannya hal ini adalah untuk mengidentifikasi individu yang dicurigai melakukan korupsi atau memiliki tindakan yang menyimpang secara moral. Setelah itu, tokoh atau orang yang datanya dicari dan diposting tersebut akan mendapatkan kecaman secara verbal dan dikeluarkan dari komunitas. Hal ini lah yang kini menjadi sehharag cancel culture dan mulai marak dilakukan sejak 2017 dan semakin popouler hingga kini.

Cancel culture bisa dianggap sebagai kelanjutan dari 'woke culture' atau 'call-out-culture' yang juga menjadi fenomena tersendiri di media sosial. Budaya 'woke' lagi-lagi bermula dari istilah yang awalnya dipakai oleh kaum African-American. Secara harfiah, 'woke' berarti bangun, namun padannan kata yang lain adalah 'sadar/melek' dan diartikan sebagau sikap yang paham dan peduli soal idu-idu sosial. Woke culture sendiri munucul menggunkana media sosial sebagai salah satu corong menyampaikan ide dan opini mereka.

Ketika para orang-orang 'woke' tersebut merasa frustrasi dan gusar pada suatu hal, orang, atau institusi, mereka pun mencurahkan kekesalan mereka lewat media sosial. Contoh kasusnya bisa beragam, mulai dari seorang komedian yang mungkin selalu memakai jokes berbau seksis yang merendahkan wanita hingga brand atau jasa yang dianggap tidak memuaskan dan hal ini lah yang kemudian disebut 'call-out-culture'.

Kentalnya Cancel Culture Dalam Hiburan Korea

Bukan rahasia lagi jika cancel culture yang terjadi di Korea Selatan terkenal kejam dan menjadi mimpi buruk bagi setiap artis karena ketika satu masalah saja yang menimpa seorang selebriti dapat menjatuhkan seluruh karir mereka dan tidak dapat kembali ke panggung hiburan.

Kim Seon Ho yang baru-baru ini tersandung kasus yang mencoreng nama baiknya sempat menjadi target cancel culture. Namun luar biasanya, dia berhasil mencetak sejarah sebagai aktor Korea Selatan pertama yang selamat dari cancel culture dalam waktu singkat. Drnegan cepat, Kim Seon Ho mendapatkan kembali dukungan dari fans KOrea Selatan dan internasional setelah beberapa media besar Korea membeberkan fakta di balik skandal tersebut. Bahkan beberapa brand yang sempat menghapus Kim Seon Ho kembali merilis poster iklan yang menampilkan wajahnya. Di tengah skandal yang memanas, Kim Seon Ho bahkan memenangkan penghargaan untuk perannya dalam drama Start Up (2020).

Menyelamatkan Brand Dari Cancel Culture

Sejumlah brand dari dalam dan luar negeri gencar menggunakan selebriti yang sedang naik daun sebagai brand ambassador mereka. Namun bagaimana jika setelah tanda tangan kontrak, selebriti tersebut tersandung kasus dan mendapatkan cancel culture seperti Kim Seon Ho?

Walaupun brand tidak sepenuhnya mendapatkan cancel culture dari masyarakat, namun reputasi brand ikut tercoreng karena dianggap tidak mampu memilih brand ambassador yang tepat. Karena seperti yang kita tahu, bahwa brand ambassador merupakan wajah dan citra dari brand tersebut. Apalagi jika sedari awal target market dari brand tersebut adalah fans dari sang artis yang sedang naik daun. Otomatis mereka akan memboikot segala hal yang berhubungan dengan sang artis termasuk dengan brand yang berkaitan. Lantas bagaimana agar brand tersebut dapat memilih brand ambassador yang tepat agar tidak dihantui oleh cancel culture?

  1. Relevan

    Brand ambassador harus memiliki profil yang layak dari segi popularitas di wilayah pemasaran agar mencapai target reach dan awareness yang diinginkan. Relevansi juga amat penting, pastikan brand ambassador Anda relevan dan sesuai dengan karakteristik perusahaan serta segmentasi pasar, jadi bukan hanya bermodalkan sang artis sedang viral ya!

  2. Reputasi dan Kredibilitas

    Sebagai brand, Anda harus menganalisa background dan pengalaman dari sang brand ambassador dengan sangat teliti. Ketahui apa yang masyarakat pikirkan dan katakan tentang calon brand ambassador Anda di media sosial. Kredibilitas juga penting sebagai cara memilih brand ambassador yang tepat untuk bisnis. Perhatikan bagaimana rekam jejak brand ambassador pilihan Anda selama bekerja dengan brand lain.

  3. Daya Tarik

    Mengingat penggunaan brand ambassador ditujukan untuk meningkatkan penjualan di suatu perusahaan atau bisnis, maka kriteria yang paling utama adalah memiliki daya tarik. Artinya, seorang brand ambassador harus memiliki ciri khas tertentu yang da[at dikenali dengan mudah oleh audiens.

Itulah dia sedikit penjelasan mengenai cancel culture yang kini marak terjadi. Sebagai brand concultant terpercaya Indonesia, Start Friday Asia dapat membantu Anda untuk mendapatkan reputasi dan awareness yang tinggi dengan menggunakan brand ambassador yang tepat. Tidak hanya itu, Start Friday Asia juga akan menggunakan strategi yang diracik oleh tim branding profesional agar brand Anda dapat berdiri kokoh. Segera konsultasikan dengan kami dengan klik disini.

Previous
Previous

Rekomendasi Tren Marketing Tahun 2022 yang Wajib Brand Owner Ketahui!

Next
Next

Strategi Industri Ritel Indonesia Ditengah Gempuran Era Digital