Setelah Pandemi Terbitlah Startup Bubble, Apakah Bisnismu Salah Satunya?

Saat ini, sedang marak fenomena yang dikenal dengan istilah startup bubble. Dilansir dari laman CNBC, salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah Pandemi Covid-19. Dampak tersebut terlihat sangat jelas, banyak perusahaan teknologi sampai perusahaan startup yang melakukan PHK secara besar-besaran, termasuk beberapa startup yang baru saja memperoleh pendanaan besar.

Contohnya saja seperti Gojek yang memperoleh pendanaan sebanyak 20 triliun rupiah pada bulan Maret 2020 lalu yang terpaksa harus memotong jumlah karyawannya sebanyak 430 orang di 3 bulan kemudian. Walaupun demikian, dilansir dari laman Katadata fenomena bubble burst ini baru benar-benar terjadi di bulan Mei tahun 2020 lalu, yang mana pada saat itu LinkAja, Zenius, dan JD.ID mengurangi banyak jumlah karyawannya. Lalu, apa sebenarnya startup bubble itu? Apa saja dampak-dampaknya?

Apa itu Startup Bubble?

Berdasarkan laman Investopediabubble burst adalah sebuah siklus ekonomi yang mana harga, baik itu harga aset ataupun produk, mengalami peningkatan yang besar dalam waktu yang cepat serta diikuti dengan penurunan harga yang begitu cepat.

Kejadian yang juga disebut dengan kontraksi ini merupakan suatu momen saat crash atau burst terjadi. Umumnya, peningkatan harga yang terjadi secara drastis ini disebabkan oleh adanya perubahan perilaku para investor. Tapi, performa perusahaan atau startup ini bisa menjadi penyebab paling utama terjadinya startup bubble.

1. Pangsa Pasar yang Turun

Market share atau pangsa pasar suatu perusahaan yang mengalami penurunan menjadi salah satu penyebab terjadinya startup bubble. Kenapa? karena hal tersebut terjadi saat produk barang atau layanan jasa perusahaan kalah bersaing dengan pasar, sehingga investor atau stakeholder tidak puas akan hal tersebut.

Dalam hal ini, saat perusahaan tidak bisa menjual produk ataupun layanannya, maka mereka akan merugi. Hal inilah yang akan membuat pangsa pasarnya turun secara drastis.

2. Investor Lebih Selektif dalam Berinvestasi

Fenomena startup bubble juga terjadi karena para investor saat ini lebih selektif dalam berinvestasi. Hal tersebut terjadi karena saat ini semakin banyak perusahaan startup baru yang hadir di Indonesia, sehingga hal tersebut ikut andil dalam membuat kompetisi dengan sesama startup dalam meyakinkan para investor.

Saat para investor lebih selektif, maka startup pun akan lebih sulit dalam mendapatkan pendanaan. Terlebih lagi saat performa startup tersebut tidak terlalu memuaskan, tidak bisa menarik perhatian para investor, ataupun dianggap terlalu beresiko untuk berinvestasi.

3. Kondisi Pandemi yang Semakin Membaik

Pada awal masa pandemi, banyak sekali perusahaan startup yang muncul dan menawarkan produk ataupun layanannya sebagai solusi bagi orang-orang dalam mempermudah kegiatan mereka.

Namun, seiring semakin membaiknya kondisi pandemi saat ini, perusahaan startup yang hadir dan dimaksudkan untuk membantu masyarakat saat pandemi perlahan-lahan kesulitan dalam menjual produknya sendiri.

4. Pasar yang jenuh

Berdasarkan laman Investopedia, pasar jenuh atau saturated market merupakan kondisi yang mana permintaan suatu produk ataupun layanan sudah mencapai puncak keemasannya.

Hal ini tentunya banyak dialami oleh beberapa startup tanah air, yang membuat mereka kesulitan dalam menjual produk atau jasanya selain karena kondisi pandemi yang saat ini semakin membaik. Selain itu, pasar yang sensitif terhadap diskon dan juga promo membuat perusahaan kehilangan konsumennya bila mereka enggan dalam menawarkan dua strategi tersebut. Namun di lain hal, terlalu sering menawarkan promo ataupun diskon bisa mengganggu arus kas dan keuntungan perusahaan.

Efek dari Startup Bubble

1. PHK dalam Jumlah yang Besar

Seperti yang kita ketahui bersama, Zenius dan perusahaan startup lain di Indonesia atau di luar negeri mengurangi banyak pengurangan jumlah karyawan. Ketika sebuah perusahaan kesulitan dalam mendapatkan keuntungan dari produk ataupun layanannya, maka mereka akan lebih sulit dalam menggaji karyawannya. Untuk itu, melakukan PHK menjadi salah satu solusi yang banyak diambil oleh perusahaan agar mereka bisa terhindar dari pailit.

2. Perusahaan Menunda Proses Rekrutmennya

Efek lain dari fenomena ini adalah perusahaan menunda proses rekrutmennya. Hal ini banyak terjadi saat perusahaan startup baru memperoleh pendanaan yang besar untuk kegiatan bisnisnya dari investor.

Agar bisa merespon hal tersebut, banyak perusahaan yang mengadakan perekrutan secara besar-besaran agar bisa memenuhi ekspektasi para stakeholder. Namun saat terjadi kondisi startup bubble, maka hal tersebut akan memaksa perusahaan untuk menunda perekrutan agar bisa menjaga pengeluaran biaya.

3. Perusahaan Sadar Bahwa Mereka Overhire

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, perusahaan startup akan cenderung mengadakan perekrutan dalam jumlah yang besar saat baru saja memperoleh pendanaan.

Namun, sering semakin sulitnya mereka untuk memperoleh pendanaan baru, hal tersebut membuat mereka sadar bahwa mereka sedang mengalami overhire dalam proses rekrutmennya. Pada akhirnya, mereka akan memilih untuk memberhentikan karyawan dan mengurangi biaya yang tidak diperlukan.

4. Berkurangnya Upah yang Diperoleh Perusahaan

Saat perusahaan kesulitan dalam mencari pendanaan, maka langkah yang diambil untuk mengurangi biaya jika tidak ingin melakukan PHK adalah mengurangi gaji.

Dilansir dari laman Washington Post, kondisi ini akan sangat terasa bila seorang memperoleh gaji dalam bentuk uang dan saham. Saat harga perusahaan sedang turut, maka nominal upah yang diperoleh perusahaan akan ikut berkurang.

Demikianlah beberapa informasi penting dari kami tentang startup bubble di Indonesia yang saat ini tengah ramai dibicarakan. Nah, jika Anda ingin terhindar dari hal tersebut, maka Anda harus bisa mengatur strategi bisnis Anda dengan baik dan tepat. Untuk mempermudah strategi bisnis Anda, Anda juga dapat meminta bantuan brand consultant profesional seperti Start Friday Asia yang telah berpengalaman lebih dari 10 tahun dan menangani ratusan brand baik dalam dan luar negeri. Jangan ragu untuk konsultasikan terlebih dahulu bisnis Anda dengan klik disini.

Previous
Previous

Bulan Ramadhan Bulannya Ramai Konsumen, Yuk Terapkan Strategi Ini Agar Bisnismu Dilirik!

Next
Next

Belum Banyak yang Tahu! Yuk Kenali Konsultan bisnis terbaik di indonesia 2023