Pola Komunikasi Brand Di Media Sosial

Social media saat ini tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi antar individu saja. Di media sosial, brand harus mampu membuktikan bahwa brand tersebut ramah, relatable, lucu, tidak terlalu serius, dan memiliki produk yang bagus untuk ditawarkan. Ditengah semakin ketatnya persaingan, brand juga berlomba-lomba untuk dapat menonjol disosial media. Ketika suatu brand berhasil mendapatkan atensi dan menjalin hubungan emosional yang baik dengan target audiencenya, maka efek yang dihasilkanpun akan berdampak besar bagi awareness bahkan sellingnya.

Pola komunikasi ini juga tentunya harus disesuaikan dengan jenis media sosial dan target audience. Kalau di instagram, tentu kita harus mengutamakan gambar yang menarik, feed yang tersusun rapi, baru pemberian caption. Gambar yang disampaikan harus mampu bercerita untuk dapat mengajak orang menekan tombol see more untuk membaca caption. Namun berbeda dengan instagram, twitter juga memiliki pola audience sendiri. Kebanyakan audience yang ada di twitter ialah mereka yang suka dengan hal-hal lucu, relatable dengan kehidupan sehari-hari, suka berinteraksi, menyampaikan pendapat, easy going, dan membuat konten yang relevan dengan brand namun tidak hard selling.

Contohnya bisa kita lihat pada akun twitter GOJEK dan GRAB, atau Wendy’s dengan Burger King. Karena target pasarnya adalah anak muda, brand harus mampu menggunakan bahasa yang sehari-hari digunakan oleh mereka juga. Selain itu, konten yang diunggah juga konten-konten yang relate dengan kehidupan sehari-hari, bahkan juga mencakup meme.

Brand-Communication-3.jpg

Walau nampaknya memang tidak terkait dengan brand, namun justru interaksi yang dekat dan bersahabat-lah yang membuat ikatan antara brand dengan audience menjadi kuat. Pola komunikasi seperti ini akan menimbulkan brand advocate atau brand evangelist. Hal ini tentunya sangat diinginkan bagi semua brand, karena akan menguntungkan bagi mereka

Namun harus diingat, pola komunikasi ini tidak bisa digunakan untuk semua jenis bisnis. Beberapa bisnis yang kurang cocok menggunakan pola komunikasi ini yaitu yang berada di bidang konsultasi, kesehatan, asuransi, dan bidang-bidang serius lainnya. Karna bagaimanapun, sebagai brand kita harus tau dimana konsumen kita berada, bagaimana pola komunikasi yang mereka sukai, kemudian berusaha untuk masuk menjadi bagian dari percakapan sehari-hari mereka jika ingin memperkuat awareness. Ini harus dilakukan dengan riset dan perencanaan yang matang, dan dilakukan oleh seseorang atau agensi yang memiliki pengalaman dibidang tersebut. Di Start Friday, kami juga melakukan proses riset mengenai keberadaan konsumen, target market, kesukaan, dan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. proses ini menjadi krusial, mengingat fungsi utama branding ialah untuk menghadirkan dan menempatkan brand agar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari target marketnya.

Ingin tau lebih banyak mengenai pola komunikasi apa yang cocok untuk brandmu? yuk diskusikan sekarang dengan start friday, free of charge for first meeting! Klik disini untuk informasi selengkapnya.

Previous
Previous

Perbedaan Antara Branding Dan Marketing

Next
Next

Brand Dan Branding? Dimana Perbedaannya?