Preferensi konsumen di dunia terhadap global brand memang tak mampu dihindari. Brand global kerapkali menjadi pilihan konsumen dibandingkan dengan lokal brand. Walau kini pemerintah Indonesia tengah berusaha menggenjot investasi lokal maupun asing. Tapi sayangnya, kebijakan ini bisa menjadi boomerang di masa depan. Brand global, alias brand asing, kini semakin menggurita di Indonesia. Sebaliknya, banyak brand lokal yang dipaksa untuk mengibarkan bendera putih justru di saat mereka tinggal selangkah lagi menjadi raja di negeri sendiri. Seperti brand – brand top yaitu AQUA, ABC, Kecap Bango, Sari Wangi, dan Sari Husada milik Nan Yahud yang memiliki perjalanan bisnis yang berliku. Bisnis mereka mulai terganggu saat brand global mulai melenggang masuk ke Tanah Air.
Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk atau jasa, ada dua hal yang biasanya menjadi penentu keputusan tersebut, yaitu persepsi konsumen terhadap kualitas produk dan faktor prestige dari produk tersebut. Baik untuk lokal brand maupun global brand, kedua faktor tersebut tetap berlaku.
Global Brand
Tapi khususnya bagi konsumen yang cenderung memilih brand-brand asing, sudah jelas bahwa mereka mempunyai persepsi bahwa global brand mempunyai kualitas (perceived brand quality) yang lebih baik, sekaligus brand prestige yang lebih tinggi juga daripada brand lokal. Faktor kualitas yang dimaksud disini selain kualitas dari produk itu sendiri, mencakup juga service yang diberikan seperti misalnya “after sales service” setelah produk dibeli.
Global brand sendiri merupakan brand yang memiliki cabang yang terkoordinasi dan sama di berbagai negara, baik dari segi logo, nama, produk, dan sebagainya. Sebagai contohnya yaitu McDonald’s, H&M, Starbucks, dan sebagainya. Global brand juga diketahui memiliki standardisasi yang ketat dan dipastikan kualitasnya harus sama dengan cabang-cabang di negara-negara lain. Tak hanya itu, dengan membeli global brand, bagi sebagian orang juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan citra dirinya.
Sejumlah riset menunjukkan hasil bahwa merek global brand lebih disukai dibandingkan dengan lokal brand. Secara umum, preferensi ini diakibatkan oleh persepsi mereka terhadap global brand, antara lain:
Brand image superior
Kualitas yang terjamin
Ingin seperti negara maju
Pride, dan sebagainya.
Lokal Brand
Di sisi lain, lokal brand merupakan nama atau simbol yang diasosiasikan dengan produk atau jasa dan menimbulkan arti psikologis dan atau asoasiasi dengan daerah asalnya. Hingga saat ini, lokal brand sendiri masih sering dianggap kurang dapat menaikkan pride pengguna dan kualitasnya yang tidak lebih baik dari global brand. Padahal di era digitalisasi saat ini, justru lokal brand malah sedang naik daun. Sudah banyak bermunculan lokal brand yang tidak kalah dengan global brand. Brand-brand ini juga banyak yang mengusung cita rasa global dengan mempertahankan ciri khas lokal. Hal ini kemudian di dukung dengan timbulnya gerakan #SupportLocalBrand yang ditujukan untuk mengangkat potensi lokal brand. Produk-produk yang dihasilkan pun saat ini tidak kalah kualitasnya dengan global brand.
Lokal brand biasanya akan memiliki pilihan produk yang lebih variatif, lebih ramah lingkungan karena mengurangi jejak karbon, dan dengan membeli lokal brand maka juga turut membantu perekonomian dalam negeri. Selain itu kemudahan jual beli era digital yang membuat konsumen jadi lebih mudah untuk membuka toko dalam bentuk online yang hampir tanpa modal. Berbeda dengan jaman dulu yang harus memiliki modal besar untuk memiliki sebuah toko.