Start Friday Asia Brand consultant

View Original

‘Ngemis Online’ Lagi Marak Di TikTok, Bagaimana Menghindarinya?

Beberapa waktu belakangan, aplikasi TikTok lagi-lagi menjadi bahan pembicaraan netizen karena fitur Live Streamingnya yang banyak disalah-gunakan oleh beberapa oknum. Sepertinya bukan hanya kali ini TikTok mengundang fenomena yang ditentang oleh banyak orang. Namun sebelum kita ke pokok masalahnya, mari kita cari tahu dulu yuk seperti apa sih sejarah dari aplikasi fenomenal ini.

Awal Mula TikTok

TikTok adalah aplikasi yang berasal dari China dengan induk perusahaan bernama ByteDance yang diciptakan oleh Zhang Yiming yang merupakan lulusan Universitas Nankai dengan jurusan Software Engineer. TikTok sendiri merupakan aplikasi sosial media yang membagikan khusus video pendek yang kreatif. Tetapi video di dalam TikTok bukan hanya sekedar video. TikTok juga memiliki beberapa pilihan musik dan filter guna meningkatkan nilai kreatif sebuah video. Sehingga tidak heran, meskipun hanya berdurasi 15 detik, video TikTok bisa mengandung banyak hal menarik. TikTok pun mudah digunakan lantaran sederhana dan membuat siapapun bisa menjadi kreator.

Dulunya aplikasi ini bukanlah bernama TikTok melainkan Douyin. Aplikasi ini juga tidak berada dinegara lain kecuali China. Pada saat itu, Douying meraup keuntungan yang cukup besar di China dengan jumlah pengguna mencapai 100 juta orang hanya dalam waktu setahun. Oleh karena itu, perusahaan ByteDance memiliki ide yang cukup besar yakni mengenalkan aplikasi Douyin kepada dunia. Namun sayangnya, Douyin sendiri kurang familiar di telinga masyarakat di luar China. Maka dari itu, Yiming akhirnya memutuskan untuk mengganti nama Douyin menjadi TikTok agar lebih mudah diingat dan menarik perhatian negara lain.

Meskipun sudah mulai diperkenalkan sejak tahun 2016, popularitas TikTok baru mulai meledak di tahun 2019. Terlihat dari bagaimana disepanjang tahun 2019, aplikasi TikTok merajai AppStore dengan 500 juta kali unduhan lebih. Dimana sebagian besar pengguna TikTok diketahui merupakan anak muda. Hal ini tentunya telah sesuai dengan target TikTok yang menyasar pengguna generasi muda. Dan ditahun yang sama, ByteDance rupanya berhasil mengakuisisi aplikasi serupa yaitu Musical.ly yang dulunya populer karena vidoe lipsingnya dengan harga sekitar Rp15 triliun rupiah.

Kesuksesan TikTok pun berdampak positif bagi ByteDance terutama Yiming. Berkat TikTok, kekayaan Yiming diketahui mencapai USD16.2 miliar atau setara Rp233.5 triliun seperti yang dilansir oleh Forbes. Disamping kesuksesan TikTok yang begitu populer dikalangan anak muda, ternyata aplikasi ini juga ditentang oleh beberapa negara salah satunya seperti India, Amerika, hingga Indonesia. Di Indonesia, banyak yang tidak menyetujui karena dianggap kurang mendidik oleh masyarakat.

Fenomena Live TikTok

Tidak berhenti dengan fitur yang dapat membagikan video 15 detik yang lucu-lucu, TikTok juga terlihat menghadirkan fitur terbaru yang memungkinkan kreator dan penonton dapat terhubung secara real time yakni fitur Live Streaming.

Sebenarnya fitur live yang ada di apliasi TikTok ini ditujukan untuk para kreator, seleb, dan juga influencer supaya dapat berinteraksi dengan para follower-nya serta fitur memberikan 'gift' berupa koin ini bertujuan untuk mendapatkan timbal balik bagi para penonton. Moment dimana penonton memberikan gift kepada sang streamer ini sebenarnya juga ada di Youtube dan mereka yang melakukan streaming ini kebanyakan adalah para Youtuber gaming. Namun ternyata, makin kesini banyak orang yang memanfaatkan fitur TikTok Live Streaming untuk mendapatkan maksud lain dari mendapatkan 'gift' koin dari para viewers hingga muncul istilah baru yakni 'mengemis online'. Biasanya fenomena ini dilakukan dengan berbagai macam cara untuk mendapatkan koin, salah satunya seperti menyakiti dirinya sendiri dengan cara menuliskan tantangan di layar TikTok, dimana tantangan tersebut harus mereka lakukan jika jumlah donasinya telah menyentuh angka tertentu.

Atau dengan cara lain seperti yang saat ini sedang ramai diperbincangkan banyak orang yakni orang-orang tua atau lansia yang akan mandi lumpur demi mendapatkan sejumlah koin dari para penontonnya. Parahnya lagi, dalam live streaming tersebut si kreator justru akan memberikan sebuah pilihan pada para penonton seperti satu gift untuk satu gayung air dan 100 gift untuk satu ember air hingga berlaku kelipatan. Bagi yang belum tahu, untuk hadiah virtual bergambar singa memiliki 29.999 koin atau harganya sekitar Rp7.4 juta, hadiah bergambar roket dan kastil fantasi nilainya kurang lebih Rp5 juta atau 2.000 koin. Hadiah virtual paling mahal yakni TikTok Universe yang dibanderol senilai 34.999 koin atau seharga Rp8 juta.

Lantas kenapa memanfaatkan para lansia? Hal ini tak lebih karena lansia akan mendapatkan simpati lebih banyak orang atau konten-konten yang menjual kemiskinan. Apalagi untuk orang-orang Indonesia yang umumnya para orang dermawan. Oknum-oknum inii memanfaatkan kedermawanan ini dengan mengundang simpati demi terkumpulnya banyak gift koin.

Bagaimana Menghindarinya?

Guna menghadapi tsunami informasi di media sosial dan sulit menghindarkan diri dari konten viral yang tak mendidik, ada baiknya untuk membuat platform alternatif untuk menghindarkan anak-anak yang masih di bawah umur dari algoritma TikTok yang dikontrol oleh artificial intelligence (AI).

Cara ini juga serpa dengan cara kerja TikTok di China, yaitu pengguna usia 14 tahun ke bawah memiliki algoritma yang hanya menampilkan konten edukasi dan ilmu pengetahuan utamanya soal astronaut. Hal ini membuat anak-anak di China bahkan memiliki cita-cita sebagai astronaut sesuai dengan konsumsi informasi mereka di media sosial.