Brand equity atau ekuitas merek adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih dan membeli sebuah produk. Karena brand equity ini sebenarnya mengacu pada emosi dan pengalaman yang muncul dalam pikiran konsumen saat melihat suatu brand. Hubungan antara suatu brand dan konsumen yang kuat akan menciptakan brand equity yang tinggi hingga mampu membuat suatu brand mendapatkan pengakuan secara luas. Terkadang, kesuksesan ini dapat berdampak pada sebuah brand tertentu yang nantinya akan menjadi kosa kata yang akhirnya diserap oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari.
Contohnya saja saat Anda perlu mengirim suatu barang secara cepat, maka secara tidak sadar pasti Anda akan mengatakan "Gojekin aja" yang juga dimengerti hampir seluruh orang maksud dan makna-nya. Nah, secara sederhana, brand equity ini merupakan brand yang masuk dan memiliki tempat di hati banyak orang. Bayangkan saja jika Anda mendengar kata transportasi online, brand apa yang pertama kali muncul di kepala dan yang menjadi pilihan Anda untuk pertama kali?
Lalu, bagaimana caranya mencapai sebuah brand equity yang kuat? Menurut David Aaker, seorang pakar branding mengatakan bahwa terdapat tiga hal yang menjadi dasar dari brand equity, yaitu:
Kesadaran terhadap brand (brand awareness).
Kualitas brand (brand association).
Kualiatas yang dirasakan (perceived quality).
Ketiga hal itulah yang merupakan penentu kesetiaan pelanggan terhadap suatu merek atau yang disebut dengan brand loyalty atau yang memiliki arti bahwa seorang pelanggan akan sangat setia terhadap suatu brand dan akan melakukan pembelian ulang terhadap brand tersebut karna mereka menganggap brand tersebut telah memiliki kualitas yang sangat baik dan memiliki nilai yang sesuai dengan para konsumen.