Start Friday Asia Brand consultant

View Original

Manfaatkan Strategi Empati Marketing ala Burger King

Pandemi Covid-19 telah membuat mayoritas sektor produksi lumpuh dan sekaligus menghilangkan sumber pendapatan, baik individu maupun perusahaan. Ini menyebabkan krisis ekonomi yang bahkan lebih parah dibanding tahun 1998 hingga Indonesia diprediksi berada di ambang resesi. Pada era tatanan hidup baru ini, perlu disadari bahwa seluruh kegiatan ekonomi belum bisa pulih seperti sediakala.

Namun meski demikian, ada banyak pelaku usaha yang masih optimis menjalankan bisnisnya dan mencoba untuk bertahan di tengah kondisi yang sulit. Mereka pun menggalakkan metode pemasaran dari berbagai lini termasuk media digital. Selain karena dianggap lebih mudah untuk dilakukan, media digital ini juga cenderung lebih ekonomis serta dapat menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Nah, dari sekian banyak metode pemasaran dengan menggunakan media digital. Salah satu yang paling efektif untuk diterapkan pada masa-masa kritis seperti saat ini adalah metode empathy marketing

Apa itu empathy marketing?

Secara sederhana, empathy marketing merupakan sebuah metode pemasaran dimana Anda sebagai pelaku bisnis akan memanfaatkan empati dari konsumen untuk menghasilkan penjualan dalam perusahaan. Dengan membuat konten yang bisa membangkitkan empati, konsumen menjadi lebih tertarik untuk mengambil tindakan yang dapat membantu brand, seperti share konten hingga mendorong produk perusahaan dalam komunitas mereka sendiri.

Contoh penggunaan empathic marketing

Empathy marketing merupakan satu dari sekian banyak strategi pemasaran yang cocok untuk digunakan dalam era digital. Alasannya tak lebih untuk mendapatkan kesetiaan dari para konsumennya. Akan tetapi, bagi brand yang sudah besar, empathy marketing ini juga bisa digunakan untuk mempertahankan brand credibility. Nah, seperti apa contoh penggunaan pemasaran empati ala Burger King yang sempat viral beberapa waktu yang lalu?

Burger King "Pesanlah dari Mcdonald's"

Burger King sukses menghebohkan warganet baru-baru ini. Melalui akun Instagram resminya, perusahaan tersebut memposting sebuha pengumuman berjudul "Pesanlah dari McDonald's".

Dalam pesannya, Burger King mengajak pelanggan untuk membeli produk pesaingnya seperti McDonald's, KFC, Wendy's, Pizza Hut, J.co, hingga Warteg (Warung Tegal) dan gerai makan independen lainnya. Salah satu alasan utama itu karena untuk menyelamatkan ribuan pegawai di restoran siap saji yang terancam di PHK karrena pandemi corona yang melanda saat ini. Mereka juga menyarankan pembeli untuk membeli dengan cara pengantaran ke rumah, dibawa pulang, atau melalui drive. Sesuai dengan protokol kesehatan yang melarang untuk dine in.

Kampanye ini mendapatkan simpati yang sangat besar dari para konsumen McDonald's yang memuji dukungan sesama pesaing. Apalagi di saat-saat pandemi seperti ini, dimana orang-orang cenderung memiliki rasa empati yang tinggi untuk menolog satu sama lain agar dapat bertahan hidup. Dengan mengadopsi pendekatan tersebut sebagai bagian dari strategi marketing, Burger King dinilai mampu membaca peluang di masa pandemi seperti sekarang ini.

Lalu, mengapa yang mereka tekankan dan dipasang sebagai judul adalah McDonald's? Hal ini di sinyalir ada intrik di dalamnya, dimana Burger King hanya ingin "mencari muka" dengan postingan tersebut. Bisa dibilang, Burger King berupaya melakukan strategi merendah untuk menaikkan reputasi brand dari unggahan yang viral di jagat media sosial tersebut. Istilahnya pemain kecil menembak pemain besar. Hal ini membuat McDonald's kecolongan dalam hal kreativitas di tengah pandemi. Namun, aksi Burger King tersebut belum tentu ampuh menarik masyarakat membeli atau meningkatkan penjualan secara drastis dalam waktu dekat. Hal yang dilakukan Burger King lebih kepada promoso brand yang pengaruhnya akan terasa dalam jangka panjang. Hal ini efektif dalam membentuk brand reputation, brand image, dan awareness.