Jadikan Budaya Sebagai Strategi Marketing, Apakah Masih Ampuh?

Pendekatan strategi marketing yang digunakan tiap perusahaan bermacam-macam, salah satunya menggunakan budaya. Karena budaya digunakan sebagai dasar analisis untuk melihat masyarakat dalam bertindak, bersikap, dan bertingkah laku. Tidak sedikit brand yang menggunakan nilai budaya sebagai strategi marketing. Memasukkan budaya dalam strategi marketing dapat memberi pemahaman yang baik. Karena budaya memiliki nilai atau keyakinan yang bisa diterima oleh masyarakat. 

Misalnya, convenience store asal Amerika Serikat yaitu 7-Eleven / Sevel yang tutup di Indonesia tapi masih berjaya di luar Indonesia seperti Amerika Serikat, Malaysia, dan Jepang. Sevel tutup di Indonesia karena kurang memahami budaya atau kebiasaan masyarakat setempat. Di Indonesia pada saat itu terdapat peraturan larangan menjual minuman beralkohol yang diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 06/M-DAG/PER/1/2015 tentang Pengendalian dan Pengawasan terhadap Pengadaan, Peredaran, dan Penjualan Minol, sehingga orang yang ingin membeli minuman tersebut beralih ke tempat lain. Dikutip dari idntimes.com (2017), salah satu produk yang diminati di Sevel adalah beer-nya. Contoh kasus dari Sevel menunjukkan pengaruhnya budaya dalam strategi marketing. 

Selain itu juga, Sevel menjual produknya dengan harga yang relatif lebih mahal dari pada mini market lainnya. Sehingga kalah saing dengan mini market lokal seperti Indomaret dan Alfamart.

Contoh perusahaan multinasional yang menggunakan strategi marketing dengan pendekatan budaya yaitu McDonald’s atau MCD. MCD di Indonesia, India, dan negara lain berbeda. MCD India tidak menjual daging sapi mengingat 79% penduduk India beragama Hindu (international.sindonews.com, 2022). Sehingga MCD di India menyediakan makanan berbahan dasar ikan, ayam, dan vegetarian. Sedangkan MCD di Indonesia menyesuaikan menyesuaikan kebudayaan masyarakatnya seperti membuat menu Nasi Uduk, Ayam Kremes Sambel Uleg, Burger Rendang, dan McFlurry Es Campur. Tentu menu tersebut menyesuaikan cita rasa lokal.

Dari 2 contoh perusahaan diatas dapat ditarik kesimpulan pentingnya mengangkat nilai kebudayaan dalam strategi marketing agar dapat diterima oleh masyarakat. Tentu dalam menjalankan sebuah bisnis memikirkan pemasukan dan tidak mengharapkan adanya kerugian. Lalu, bagaimana jika kalian kurang memahami kebiasaan dan budaya calon konsumen tapi mengharapkan produk atau jasa kalian diterima?

Bersama Start Friday, kalian dapat merancang bisnis agar dapat diterima oleh masyarakat. Selain itu dapat merancang strategi jangka panjang agar bisnis tetap bertahan dan berkelanjutan. Konsultasikan sekarang juga, ya!

Previous
Previous

Tesla Mantap Garap Robot Humanoid, Pamerkan 'Optimus' Pada Tesla AI Day 2022

Next
Next

Siap Masuki Metaverse, Walmart Luncurkan Dua Dunia Virtual Sekaligus