Jadikan Bapak-Bapak sebagai Model Shade Foundation, Dear Me Beauty Tuai Pujian
Dalam perjalanannya, suatu brand tidak mungkin luput dari kesalahan atau blunder yang menjadikan brand imagenya buruk. Siklus yang terjadi biasanya melakukan kesalahan - menimbulkan reaksi masyarakat - image rusak - minta maaf - masyarakat lupa. Ada dua kemungkinan disini, setelah melakukan kesalahan brand akan ditinggalkan oleh customernya walaupun sudah meminta maaf, atau customernya akan tetap menggunakan brand tersebut. Minta maaf mungkin tidak dapat menghapus ingatan masyarakat, namun perlu adanya tindakan dan etikat baik dari brand untuk memperbaiki kesalahannya.
Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Dear Me Beauty yang baru-baru ini memunculkan campaign #beautyisuniversal. Sebelumnya, Dear Me Beauty pernah menuai reaksi keras dari masyarakat akibat komentar balasan dari salah satu karyawannya yang membalas komentar salah satu audience dengan nada merendahkan.
Namun Dear Me Beauty kembali dengan membawa pesan yang positif dan memperbaiki brand imagenya yang sempat rusak. Bukan hanya sekedar minta maaf, Dear Me Beauty membuat campaign yang berhasil mendobrak stigma yang ada di masyarakat selama ini, bahwa cantik harus putih atau yang memiliki kulit flawless. Campaign yang bertemakan beauty inclusivity ini menampilkan model dengan berbagai warna kulit, berbagai usia, dan gender.
Untuk menjalankan campaign ini, Dear Me Beauty menggunakan model bapak-bapak dan Ibu-ibu yang kulitnya berwarna gelap dan bahkan kulitnya sudah tidak lagi kencang. Hal ini dilakukan untuk menampilkan pesan bahwa setiap orang berhak untuk tampil menawan dan tidak ada batasan umur maupun gender.
Campaign ini tentunya menjadi gebrakan baru dan berarti ditengah monotonnya industri kecantikan di Indonesia. Semoga banyak brand lain yang akan mengikuti jejak Dear Me Beauty dan mengedukasi pasar bahwa #beautyisuniversal.