Hindari Strategi Settingan yang Mampu Hancurkan Brand
Masih ingat dengan kasus yang sempat menghebohkan dunia maya tentang perseteruan antara Youtuber Fiki Naki dengan seorang perempuan asal Kazakhstan, Dayana? Padahal keduanya sempat mendapat sorotan karena hubungannya yang romantis. Fiki Naki, merupakan seorang Youtuber yang kerap membuat sebuah konten tentang percakapannya dengan orang asing di Ome TV. Sedangkan Dayana sendiri mulai naik daun diantara netizen Indonesia karena parasnya yang cantik.
Masalah bermula dimana keduanya menjalin kesepakatan endorse dari brand jasa ekspedisi, Shipper. Shipper sendiri memberikan ketentuan endorse yaitu seperti Fiki memberikan barang dari Indonesia yang akan dikirimkan Kazakhstan sebagai hadiah valentine untuk Dayana lewat jasa Shipper. Pengiriman barang itu pun diposting keduanya dalam akun Instagram mereka masing-masing, yang menunjukkan barang telah sampai dengan aman dan tepat waktu. Namun, pada akhirnya pihak Dayana merasa dirugikan karena pembayaran yang didapat tak sesuai kesepakatan awal. Karena hal itu, Dayana pun mengungkapkan bahwa hadiah tersebut adalah “setting-an”. Artinya, barang tak benar-benar dikirimkan dari Indonesia ke Kazakhstan, melainkan Dayana hanya memposting foto yang dikirimkan Fiki padanya. Lalu bagaimana dengan nasib dari brand Shipper dengan adanya kasus ini?
Nyawa dari sebuah brand adalah kredibilitas atau kejujuran. Maka ketika sebuah brand diketahui tidak jujur akan langsung berimbas pada rusaknya reputasi dari brand tersebut. Dalam dunia marketing, iklan yang terjadi bersamaan dengan peristiwa otentik memiliki kekuatan atau pengaruh yang besar terhadap reputasi positif pada brand tersebut. Dalam kasus Fiki dan Dayana, kejadian mengirimkan barang dari Indonesia ke Kazakhstan merupakan peristiwa otentik, yang kemudian diselipkan penggunaan jasa Shipper sebagai iklan.
Shipper menggunakan strategi brand placement, dimana brand akan ditempatkan secara natural dalam peristiwa tersebut membuat kegiatan penggunaan jasa Shipper seolah-olah merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Strategi brand placement sudah ada sejak dahulu, yakni menempatkan brand melalui program media tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan visibilitas. Strategi brand placement merupakan strategi yang sangat wajar, bahkan bisa dibilang akan mendatangkan engagement yang tinggi bagi brand. Sayangnya, tidak tepat bila dibarengi dengan rekayasa peristiwa seperti yang dilakukan kedua Influencer tersebut.
Konsep iklan “setting-an” bersama Influencer umumnya sangat dihindari oleh brand-brand kenamaan, yang sudah berusia lama dan memiliki pangsa pasar yang besar. Sebab, brand tersebut tahu betapa sulitnya untuk membangun reputasi positif dan perlu menjaganya. Bagaimanapun, membangun sebuah reputasi positif suatu brand butuh waktu yang lama, bertahun-tahun bahkan puluhan tahun. Tapi brand akan menjadi sangat rapuh jika terkena satu kasus yang akan langsung merusak reputasi yang sudah dibangun sedari lama.