Start Friday Asia Brand consultant

View Original

Fenomena Brand yang Manfaatkan Korean Wave Untuk Naikkan Engagement

Budaya Korea berkembang pesat dan meluas secara global dalam dua dekade terakhir. Keberadaannya cenderung diterima publik dari berbagai kalangan sehingga menghasikan suatu fenomena Korean Wave atau disebut juga dengan Hallyu. Fenomena ini dapat dijumpai di Indonesia dan dampaknya sangat terasa di kehidupan sehari-hari terutama pada generasi millennial. Perkembangan teknologi informasi yang masif mengakibatkan adanya globalisasi menjadi faktor utama penyebab antusisme publik terhadap Korean Wave di Indonesia meledak. Korean Wave menjadi istilah yang menjelaskan budaya popular di Korea melalui produk hiburan atau entertainment seperti musik, drama, dan gaya hidup. Drama Korea sebagai salah satu produk dari industri hiburan Korea yang sangat populer dan disukai oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Drama Korea menjadi tren hiburan tersendiri yang berdampak pada pergeseran budaya pop anak muda. Korean Wave nyatanya sudah mulai berkembang sejak awal tahun 2000-an, dimana sebelumnya industri entertainment dan televisi Indonesia dihiasi oleh  tayangan-tayangan yang berasal dari Jepang atau Taiwan yang saat itu Meteor Garden (2001) menjadi begitu populer di masyarakat.

Kemunculan Korean Wave pertama kali ditandai dengan kehadiran drama-dramanya yang berhasil memikat penonton Indonesia. Jewel in the Palace (2003) merupakan salah satu drama yang paling terkenal di Indonesia, disusul dengan kemunculan Full House (2004) yang diperankan oleh Rain dan Song Hye Kyo, serta Boys Before Flowers (2009) yang membuat banyak penonton wanita tergila-gila dengan aktor Lee Min Ho.

Dengan adanya tren Korean Wave ini, banyak yang mulai mengadaptasi mulai dari cara berpakaian, menu makanan, hingga make up yang mengikuti layaknya artis korea. Kini tak sedikit pula artis-artis Indonesia yang ikut membuat cover lagu dari K-Pop untuk mendompleng popularitasnya. Demam K-Pop yang sudah tejadi dalam 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa bintang-bintang K-Pop memiliki pasar yang besar dan trafik yang tinggi. Dampaknya, perusahaan-perusahaan di Indonesia mulai banyak yang menggandeng artis Korea sebagai brand ambassador dari brand mereka karena banyaknya penggemar baik itu dalam atau luar negeri. Dengan menggunakan para bintang K-Pop menjadi brand ambassador, secara tidak langsung brand akan mendapatkan awareness yang cukup tinggi dan berkesempatan untuk memperluas target pasarnya. Sebut saja Tokopedia yang berkolaborasi dengan BTS sebagai brand ambassador, kemudian shopee yang menggaet Stray Kids, Blibli menggandeng Park Seo Jun dan Lazada bekerja sama dengan Lee Min Ho.

Beberapa waktu yang lalu drama Korea yang berjudul Start Up juga menjadi salah satu drama yang sangat populer. Popularitas drama ini dibuktikan dengan rating penayangan yang sangat tinggi, tidak hanya di Korea, tapi juga seluruh dunia termasuk Indonesia. Drama ini menggambarkan bagaimana pop culture bisa meningkatkan awareness industri start-up hingga membantu kemajuan industri secara umum. Tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, banyak brand yang memanfaatkan moment tersebut untuk menaikkan engagement dengan membuat perang maya antara tim Nam Do-san vs tim Han Ji-pyeong.

Tak hanya itu, seringnya drama korea atau acara variety yang menghadirkan makanan khas Korea membuat pegiat usaha di Indonesia memanfaatkan hal ini untuk menjual makanan-makanan yang menjadi khas Korea. Merebaknya tempat makan dengan menu makanan Korea kini sudah menjadi hal yang sangat mudah dan bisa diberbagai tempat di Indonesia. Salah satu makanan yang hingga kini menjadi favorite masyarakat Indonesia yakni, tteokbokki dan jajangmyeon. Bahkan di saat pendemi, Tokopedia mencatat penjualan makanan khas Korea di platformnya naik lebih dari lima kali lipat.

Adanya fenomena Korean Wave ini selain mampu mendorong penjualan, strategi marketing dengan memanfaatkan demam Korea seperti ini memungkinkan untuk memupuk citra baik Indonesia, serta perusahaan-perusahaan dalam negeri di mata global yang secara tidak langsung akan mendorong masuknya investasi asing ke perusahaan-perusahaan Indonesia.