Start Friday Asia Brand consultant

View Original

Belajar Dari Samsung Raih Brand Positioning Dengan Product Placement

Saat ingin membangun sebuah bisnis banyak pelaku bisnis yang melupakan satu hal kecil yakni brand positioning atau penempatan produk. Brand positioning sendiri merupakan tidakan perusahaan untuk merancang produk dan bauran pemasaran agar dapat tercipta kesan tertentu diingatan konsumen. Sehingga, konsumen dapat memahami dan menghargai apa yang dilakukan perusahaan dalam kaitannya dengan para pesaingnya. Hal ini juga bertujuan agar konsumen dapat dengan mudah mengingat produk tersebut. Positioning produk yang baik adalah jika produk tersebut lebih unggul daripada produk lain yang sejenis. Sebuah bisnis dapat menentukan posisinya melalui persepsi pelanggan atas produk yang ditawarkan dan produk pesaing yang akan menghasilkan persepsi.

Saat ini demi mencapai sebuah brand positioning, banyak yang dilakukan sebuah brand salah satunya dengan menggunakan strategi product placement. Strategi product placement sendiri adalah kegiatan-kegiatan penempatan nama merek, produk, kemasan produk, lambang atau logo tertentu dalam sebuah film, acara televisi, atapun media bergerak lainnya untuk meningkatkan audiens akan brand tersebut, sekaligus merangsang terciptanya pembelian. Product placement mampu menggambarkan kegiatan konsumsi barang atau brand yang bersangkutan secara natural seolah-seolah kegiatan konsumsi tersebut merupakan bagian kehidupan sehari-hari. Penonton dapat mengidentifikasi gambar informasi tersebut dengan sekaligus menyerap informasi mengenai merek yang ditampilkan. Penggunaan product placement sendiri pertama kali digunakan pada 1930 di sebuah film Hollywoomd dan mulai umum digunakan pada opera sabun di era 1950-an.

Sebagai contoh bisa kita lihat dari brand Samsung Electronics yang selalu menggunakan strategi product placement dengan menggunakan drama korea sebagai media dalam placement-nya karna memiliki kesamaan akan target segmentasi. Hal ini dapat terlihat melalui rating penayangannya yaitu 15 yang diperuntukkan bagi kalangan umur 15 tahun keatas. Melalui rating tersebut drama Korea dapat dengan mudah menyesuaikan dengan kegemarakan akan segmentasi umur tersebut. Ditambah saat ini drama Korea menjadi tren yang sedang hype dikalangan masyarakat. Drama Korea terbilang memiliki pasar yang besar dan traffic yang tinggi.

Placement marketing yang bagus di dalam film, harus berbeda dengan iklan, dan membuat penonton tidak sadar bahwa adegan menampilkan smartphone itu sebenarnya adalah strategi marketing, tapi image yang ditampilkan berhasil masuk baik secara sadar atau alam bawah sadar kepada mereka yang menonton. Misalnya, di drama Korea legendaris dan sangat populer yakni Itaewon Class. Drama ini menceritakan anak uda yang diajarkan untuk memegang teguh prinsip hidup yang benar, hinga bertahun-tahun sabar menderita untuk mewujudkan cita-citanya lebih sukses dri orang yang membuat hidupnya susah.

Berbeda dengan placement marketing yang lainnya, di cerita ini semua pemeran, baik peran prontagonis dan peran antagonis, sama-sama menggunakan iPhone. Bedanya grup antagonis, setia menggunakan iPhone sampai akhir, dan grup protagonis atau orang baik, ketika sudah berhasil sukses, berganti smartphonenya dengan Samsung. Kali ini dari penampilannya yang khas sebagai smartphone lipat, bisa dikenali langsung sebagai Galaxy Z Flip, yang juga baru saja diperkenalkan di awal 2020.

Tidak sama dengan marketing awal dimana brand tampil 'sendirian', kali ini placement smartphone juga seperti bercerita tentang persaingan brand. Tidak lagi seperti iklan dengan spesifikasi yang gamblang, banyak penonton perlu waktu untuk sadar. Kalau marketing smartphone Galaxy Z Flip di drama Itaewon Class tersebut sebenarnya dikisahkan untuk ditujukan bagi mereka yang sukses, warna hitam cocok untuk pria, dan warna ungu untuk wanita, sampai perbedaannya yang bisa jelas dipamerkan, dibuka tutup dengan melipatnya yang masih jarang dimiliki brand lain.

Placement marketing seperti ini terlihat lebih keren dan tepat sasaran, terlihat direncanakan lebih matang, bukan sekadar sekelebat memperlihatkan smartphone, dan berbicara lebih 'halus' tentang keunggulan smartphone, tanpa harus bicara spesifikasi.