Advocacy Marketing: Strategi Promosi dari Mulut ke Mulut Versi Digital

Strategi promosi dari mulut ke mulut atau word of mouth marketing menjadi strategi marketing yang menjanjikan. Menurut survey yang telah diadakan oleh Nielsen Global Trust pada survey pengiklanan, 83 persen responden lebih percaya pada rekomendasi secara personal. Mereka lebih percaya rekomendasi dari orang terdekat seperti teman dan keluarga dibandingkan dengan iklan komersial yang selama ini disediakan oleh sebuah brand. Ketika seseorang memasarkan bisnis sebagai customer, maka orang tersebut disebut sebagai brand advocate, dan brand advocate adalah sosok customer yang diinginkan perusahaan. Lalu apakah sebenarnya advocacy marketing itu? mengapa itu penting? serta bagaimana cara mewujudkan kesuksesan sebuah brand dengan strategi marketing ini? Simak uraian berikut untuk mempelajari lebih dalam tentang advocacy marketing.

Advocacy Marketing

Advocacy marketing menjadi tren di pasaran dan menjadi cara terbaik untuk menggaet customer baru  karena hanya membutuhkan biaya sedikit dan membawakan hasil yang maksimal. Apalagi seorang brand advocates merupakan aset terbesar suatu brand karena mereka merupakan customer yang lebih banyak membeli dibandingkan dengan customer lain sehingga mereka sangat potensial bagi suatu brand. selain itu, brand customer berkontribusi besar terhadap ulasan baik sebuah brand sehingga brand mendapatkan beberapa manfaat seperti peningkatan awareness masyarakat terhadap brand tersebut, peningkatan banyaknya obrolan orang terhadap brand, dan kenaikan traffic penjualan. apalagi di zaman digital seperti sekarang, lingkup pembicaraan orang tidak hanya secara langsung ketika bertemu, melainkan dapat melalui media sosial yang dapat disaksikan oleh lebih banyak orang.

Advocacy marketing versI digital

Pada era digital yang menyebabkan maraknya pengguna media sosial memungkinkan orang-orang mengakses apapun hanya lewat smartphone. Kecenderungan orang untuk bermain media sosial membuat strategi word of mouth meraih level baru. Apalagi pada zaman sekarang orang-orang semakin malas untuk pergi ke pusat perbelanjaan karena sudah bisa mengakses apapun lewat digital. Menurut Forbes, 81% keinginan membeli customer dipengaruhi oleh postingan teman di media sosial. Seseorang ketika melihat postingan teman mengulas suatu produk dengan baik maka akan membuat orang tersebut percaya dan ingin memiliki barang yang sama dengan si brand advocates. Karenanya strategi ini dinilai sangat penting bagi kenaikkan traffic perusahaan.

Cara menerapkan advocacy marketing pada brand

Meskipun advocacy marketing tidak memerlukan rencana yang sangat terstruktur seperti strategi marketing lainnya, namun advocacy marketing masih memerlukan beberapa step yang harus dilakukan agar memperoleh hasil yang maksimal. Berikut step-step untuk menerapkan advocacy marketing:

  1. Memastikan bahwa produk dan service yang telah baik

    Sebelum fokus terhadap langkah marketing, pemilik brand harus fokus untuk menyediakan produk yang baik. Karena meskipun marketingnya baik namun produknya biasa saja atau bahkan jelek maka customer akan dengan mudah meninggalkan, keramaian pemasaran di awal tidak akan bertahan lama karena tidak melekat di hati customer.

  2. Menyediakan pengalaman customer yang tak terlupakan

    Setiap pengalaman customer sangat berharga terhadap proses  advocacy marketing, ketika seorang pelanggan mampir di sebuah toko dan mendapatkan service yang bagus maka akan terbitlah ulasan positif. Jika dia menceritakannya kepada orang lain, saat itu juga orang tersebut akan menganggap tempat tersebut worth it untuk dikunjungi.

  3. Memahami customer-first mentality

    Budaya yang dapat diberlakukan di sebuah perusahaan adalah loyalitas dengan customer. Untuk membentuk sikap loyal antara customer dan perusahaan yang harus dilakukan adalah dengan membuat mereka merasa didengar dan dipahami dalam proses.Beberapa hal untuk mewujudkannya adalah dengan membalas pesan dan komen di media sosial, membuat postingan di media sosial dan blog yang merepresentasikan tentang bagaimana seorang perusahaan menyatakan saran customer. Selain itu, melakukan service lain yang perlu seperti mewujudkan diskon, mengirim produk tepat waktu dan menjadi konsisten di segala hal. Ketika customer merasa bisa menggantungkan seorang brand, maka dia akan dengan mudah menjadi brand advocacy. 

  4. Membuat kemudahan customer untuk menjadi advocacy

    Hal yang harus diperhatikan pada advocacy marketing adalah tentang bagaimana suatu perusahaan melayani customernya. Ada dua macam brand advocacy yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan yakni, mereka yang dengan siap sedia menyediakan materi sendiri untuk mempromosikan brand tersebut karena kecintaannya pada produk dan ada juga mereka yang hanya akan menyebarkan ulasan jika itu mudah disebarkan. Maka dari itu, suatu brand perusahaan harus melakukan beberapa langkah seperti menyediakan konten tulisan yang bisa digunakan oleh brand advocacy untuk disalin di media sosial, menyediakan foto atau video yang layak untuk disebarkan, dan menyediakan hastag yang dapat digunakan oleh para customer untuk menandakan bahwa mereka bangga telah menggunakan produk tersebut. 

  5. Aktif untuk mencari brand advocates

    Pencarian brand advocates dapat dimulai dengan brand advocates lain yang tertarik dengan produk sehingga awareness bisa tersebar melaluinya untuk menarik customer lain. Langkahnya, suatu perusahaan dapat menganalisis brand advocates untuk mengetahui dia siapa dan bagaimana orangnya, kemudian dapat mengadakan campaign seperti menyebarkan awareness kepada masyarakat jika produk tersebut worth it untuk digunakan.

Jika Anda memiliki ketertarikan untuk menaikkan traffic perusahaan melalui advocacy marketing, Start Friday siap membantu.

Previous
Previous

Bisnis Ini Cocok Untuk Mahasiswa yang Ingin Memulai Bisnisnya, Ada Apa Saja?

Next
Next

Sukses jadi top of mind, nama brand-brand ini jadi kata pengganti nama barang